Senin, 18 Juni 2012

Kami merindukan imam yang shaleh

,






Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakaatuh

Bismillahirrahmanirrahiim

Kami Merindu Imam Yang Sholeh

Kami adalah seorang wanita.
Wanita yang mendamba suami sholeh.
Ketika krisis akhlaq melanda kami,ku ingin engkau menjadi pelurus kami,,bukan kau malah semakin menjatuhkan kami.

Kami adalah seorang wanita yang ingin belajar untuk menjadi wanita sholehah.
Kami benar2 mendamba dan merindu imam yang sholeh untuk menjadi pendamping hidup kami.

Biarkan kau jadi kumbang,kami jadi bunganya. Dimana bisa saling bersimbiosis mutualisme

Biarkan kau jadi atapnya,kami yang jadi rumahnya. Yang senantiasa selalu menaungi kami dikala panas menyengat dan ketika hujan membasahi bumi.

Kami sangat berharap kau kelak akan mempersunting kami dengan sejuta keimanan dan ketaqwaanmu kepada Allah..
Jangan biarkan kami tesesat di lembah nista yang tak Alloh ridhoi.
Miliki kami dengan cara yang halal,wahai laki2 sang penyejuk hati.

Dikala suatu saat nanti kami mengandung anakmu. Kau akan selalu setia merawat kami hingga nanti usia kandunganku menginjak 9 bulan. Kasih sayang dan cintamu selalu terpancar untuk kesehatan kami,istrimu dan janin yang aku kandung.

Dikala persalinan telah tiba,engkau suamiku yang sholeh,senantiasa mendampingi dan memberi support kepada kami hingga berderai tangis dan berharap agar kami istrimu dan anakmu akan selamat dalam kelahiran.

Hingga kelak kau dan aku akan membesarkannya dengan penuh kesabaran.

Sosokmu begitu setia
Pembawaanmu begitu tenang
Diammu penuh taqwa serta keimanan
Bicaramu penuh kebijaksanaan dan kejujuran
Pedulimu penuh dengan kasih sayang dan kecintaan
Akhlaqmu begitu mencermikan kebaikan dan kelembutan
Dan senyummu penuh dengan kedermawanan.

Kau adalah laki2 yang kami damba
Setiap 5 waktu dan malamku tak hentinya ku berdoa
Allahumma sa’khirli zaujan sholikhan yakhtibuni wayatazau wajubi wayaqunu sahibanli fiddunya wal jannah.

Semoga imamku yang sholeh kan jdi nyata.
Amin.

So..cukupkan hatimu pada Allah.

Untuk mu akhy dan Ukhty

,

bismillaahirrahmaanirrahiim

Adam...

Kau bilang dirimu hebat dan kuat ibarat pahlawan,

Gagah perkasa seperti Badang,

Kau gunakan Hawa sebagai umpan,

Untuk membuktikan kelelakianmu yang hanya temberang.

Hawa...

Kau bangga dengan kecantikan lahiriah yang ada padamu,

Kau sanjung tinggi Adam yang terpikat dengan keindahan rupamu,

Kau tersenyum manis saat Adam melihat lenggok tubuhmu,

Tapi kau marah dan benci bila ada segelintir Adam yang menegurmu.

Adam...

Kadangkala kekacakan yang ada padamu,

Bisa membuat Hawa lemah dan cair ibarat ais terkena api,

Hati yang rapuh mudah luluh dan tunduk pada nafsu,

Jiwa yang halus mudah pula jatuh hati.

Hawa...

Iblis menggunakanmu sebagai umpan untuk memerangkap Adam,

Kau harus ambil kesempatan ini untuk memperdayakan Iblis,

Selamatkanlah Adam dari cengkaman api yang tidak akan terpadam,

Jatuhkanlah musuh Islam dengan akal satumu yang genius.

Adam...

Kata-kata manis nistamu bisa menggoda hati Hawa,

Senyum nakalmu membuatkan Hawa semakin suka,

Lembutmu dalam berkata membuatkan Hawa senang mendekatimu,

Sikap prihatinmu membuat Hawa tergilakan perhatianmu.

Hawa...

Sikapmu yang tidak endah menjadikan Adam berani terhadapmu,

Berani mengambil kesempatan untuk menyentuh maruahmu,

Ketidaktegasanmu membuatkan Adam semakin suka akan dirimu,

Hingga kau pun hanyut dalam dunia cinta palsu.

Adam...

Kau bilang akalmu sembilan mengalahkan nafsumu yang satu,

Gunakanlah akalmu itu untuk mendidik nafsumu yang boleh membinasakan Hawa,

Cerdikkanlah akalmu itu dengan berjihad menentang nafsumu,

Agar Hawa terpelihara sentiasa dalam jagaan taqwa.

Hawa...

Lenggok tubuhmu bisa membuat Adam terpaku dan mata menjadi sepi,

Lembut suaramu bisa mencairkan hati lelaki Adam,

Longgarkanlah pakaianmu agar tubuhmu tertutup rapi,

Tegaskanlah suaramu supaya syaitan tidak berpeluang merasuk Adam.



Oleh itu Adam...

Bersikap tegaslah dengan Hawa dalam setiap urusanmu,

Kau harus kuat dan sabar dalam membimbing Hawa yang semakin liar,

Kau harus teruskan perjuanganmu menentang hawa nafsumu,

Agar nafsu Hawa tidak terus-terusan menular.



Adam...

Hawa meminta agar kau bersikap tegas dan berani,

Supaya Hawa takut untuk menggoda dan mendekati,

Supaya syaitan tidak membisikkan godaan nafsu durjana,

Agar kau bisa menjadi pemimpin dan ketua yang diidami Hawa.



Begitu juga Hawa...

Mahalkanlah senyummu yang bisa menawan hati lelaki,

Jagalah dan peliharalah aurat dan maruah dirimu,

Untuk membentengi nafsu yang sangat dibenci,

Agar kau suci terpelihara saat Adam menyuntingmu.



Hawa...

Adam mudah cair dengan keanggunan wajahmu,

Namun...itu bukanlah yang Adam harapkan,

Adam mengharapkan Hawa yang berpegang teguh pada agama sebagai penyuci kalbu,

Adam juga menginginkan Hawa yang sopan dan memelihara aurat dalam berpakaian.



Untukmu Adam :

Jadilah Adam yang berpendidikan tinggi dalam agama yang bisa membimbing Hawa dari menjadi mangsa godaan syaitan dan nafsu yang boleh membinasakan. Jadilah Adam yang murah dengan kata-kata nasihat dan teguran yang boleh memperbaiki Hawa. Jadilah Adam yang sentiasa berjuang menentang nafsu dan memelihara maruah diri untuk orang tercinta yang sah bergelar isteri. Jadilah juga Adam yang boleh menjadi ketua keluarga, imam dalam solat berjemaah dan pemimpin agama seperti yang diingini oleh Hawa.

Untukmu Hawa :

Jadilah Hawa yang tinggi dengan didikan agama, merendah diri dengan akhlak terpuji dan baik hati. Jadilah Hawa yang menjaga aurat dan maruah diri dari sewenang-wenangnya dilihat ajnabi. Jadilah Hawa yang sentiasa haus akan ilmu nasihat dan teguran sebagai persiapan menjadi Hawa yang solehah untuk seorang yang sah bergelar suami. Jadilah juga seorang Hawa yang bisa menjadi anak, ibu dan isteri yang solehah serta hamba Allah yang beriman dan bertaqwa seperti yang diidamkan oleh Adam.

Kamis, 14 Juni 2012

SAAT BIDADARI KU PERGI

,
Asalamualaikum warahmatullaji wabarakattuh

SAAT BIDADARIKU PERGI


“Saya terima nikah saya dengan ukhti Hurul’ain Firdausi dengan mahar sekian dibayar tunai....,”

Semua menyaksikan dengan berlinangan air mata dan derai tawa, sekian diantaranya telah menyaksikan ia telah aku nikahi... Allah menjadi saksi diantara kami. “Barrokallohu laka wa barroka alaika wa jama’a bainakuma fii khairii..,” Kuterima lantunan doa dari berbagai pihak. Perempuan disampingku menangis haru. Aku belum mengenal pribadinya secara detail. Aku hanya tahu namanya, itu saja kuperoleh dari temanku. “Ia perempuan shaleha, insyaallah... rajin ngaji, dirumah subhanallah... selalu menundukkan padangan,” katanya waktu itu. Aku sangat berharap ia menjadi bidadariku hingga aku dapat mengetuk pintu firdausinya....

_o0o_

Senja kian memudar... ikatan malam kian erat hawa dingin merasuk pori-pori lenganku. Guyuran air wudlu melelapkan aku dalam perenungan. Baru saja berlalu para tamu undangan. Baru saja hilang suara berisik yang menjejali gendang telinga.
Kulangkahkan kakiku memasuki rumah yang kini menjadi rumah baruku. Terasa sangat asing. Seorang laki-laki berusia setengah abad yang kini menjadi ayahku menjelaskan padaku kamar mana yang kini akan menjadi kamarku. Kamar bersejarah untukku.... kuberanikan kakiku mengetuk pintu dan mengucap salam .... “Assalamu’alaikum,”
“Wa’alaikum salam warohmatulloh...,” suara lembut menggetarkan gendang telingaku, mengirimkan desir cinta ke hatiku. Tetes sejuk selaksa embun pagi mencium hatiku yang resah. Bidadariku yang baru saja aku nikahi itu membuka pintu, lalu mengajakku masuk kamar yang amat istimewa untukku.... jilbab anggun yang dipadukan gaun senada masih melekat di tubuhnya menanti sentuhanku tuk sempurnakan kesuciannya... sebagai istriku tentunya...

_o0o_

“Mas ...,” panggilnya lembut padaku... “Ii...iiya ukhti...,, eh maaf, iya Dek...,” jawabku gugup. Aku menyadari raut wajahku berubah 1800. Tapi aku tidak mampu berkata apa-apa. Aku hanya menatapnya. Ia tersenyum. Bidadariku sangat sempurna. Ia menundukkan pandangan. Aku sangat tolol untuk saat itu... aku tidak mengerti apa yang harus aku lakukan. Dalam diamku dan heningnya malam yang bicara, aku mengajaknya shalat jama’ah. Sesaat kami terlelap dalam kesatuan bersama Robbul Izzati.

Usai sudah kami larut dalam urusan masing-masing. Bidadariku melepas mukenanya dan melipat rapi sekali. Namun jilbabnya masih melekat anggun menutup aurotnya, menanti sentuhanku tuk yang pertama kali.

Allah Maha Cinta, Allah mengirimkan cinta-Nya untukku dan untuk bidadariku... Subhanallah.. Kami ibadah dalam kekusyukan.... kami sangat berharap Allah mengirimkan pahala dan rahmat-Nya untuk kami berdua.

_o0o_

“Allahu akbar... Allahu akbar....”

Subuh merayap menyadarkanku dari lelapnya Istirahat. Kubuka mata “Astagfirrullah!!” seru lidahku dengan bodohnya. Aku baru sadar disampingku ada perempuan yang kini menjadi Istriku. Kukumpulkan semua energiku untuk memenuhi paggilan Allah. Pelan kukecup perempuan itu hingga ia terbangun. Senyumnya kudapat dipagi yang dingin ini.

Aku membisikkan kata cinta dan memberitahunya kalau waktu telah subuh. Sunyi dan sepi yang semalam kami rasakan telah pecah. Kokok ayam jantan kian beradu. Kusempurnakan mandiku lalu kupenuhi panggilan Robb ku.

_o0o_

Renungan demi renungan, ajakan untuk bermuhasabah dan dorongan untuk menjadi yang terbaik selalu bidadariku kirimkan untukku... pesan cinta dan peringatan untuk shalat selalu aku dapatkan hampir di setiap jamnya melalui ponselku... aku sangat mencintainya karena keteguhan dalam agamanya.

“Ya Allah kekalkan cinta kami sampai kesurgamu.... Amin,” doaku di penghujung malam saat aku shalat lail. Selesai aku bermunajat aku menoleh kebelakang. Subhanallah bidadariku tengah bercinta dengan Robb nya, akupun menatapnya syahdu, hingga mata kami berpadu. Cahaya cinta mengalir ke urat-urat tubuhku melalui pembuluh nadiku....

_o0o_

Enam bulan mengantarkan aku dalam penantian, menanti sosok bidadari yang mungkin Allah amanahkan untuk aku dan Istriku. Tapi sampai saat ini aku belum menyadari adanya kehadiran bidadari yang kudamba. Dalam sujudku ku kirim doaku pada Robbulku. Tak lepas dalam heningnya malam, sejuknya pagi aku selalu berharap. Dengan berbekal untaian sabar dan keyakinan aku bertekad hanya Allah tempatku mengadu dan memohon pertolongan.

“Mas....,” panggil bidadariku disuatu siang yang hening. “Iya Dek...,” sahutku. Kini aku telah terbiasa memanggilnya ‘Dek’. Terbiasa hidup bersamanya dalam suka dan duka.

“Anna mau memberi tahu Mas,, tapi Mas jangan kaget, gugup atau semacamnya ya...,” pelan urai bidadariku. “Iya tuturkan, tafadol... insyaallah anna siap...,” sahutku lalu mendekatinya. Kugenggam erat tangannya... kasih sayang sebening cahaya mentari menyentuh sukma terdalamku.

“Anna hamil mas... 2 bulan... ini buktinya,” lembut kata istriku lalu menyerahkan selembar kertas berwarna biru muda. Mataku dengan jeli memandangnya. Jujur seumur hidupku baru kali ini aku memegang dan melihatnya. Pelan mataku menelusur ke tiap ruas huruf, istriku positif hamil.

“Alhamdulillahirrobil’alamin....,” seruku lalu tersungkur sujudku dalam spontan.
“Mas senang?” tanyanya. “Siapa yang tidak senang sayang... bila Allah mengkaruniai kita rezeki... Bapak mana yang tidak suka, kecuali Bapak yang tak bermoral,” kataku disertai senyuman. Aku terlarut dalam cinta Allah di heningnya malam, disemilirnya angin yang berhembus aku menatap istriku nan jelita.

_o0o_

Penantian demi penantian aku lewati. Dari minggu sampai ke bulan. Hingga melewati tri wulan pertama, aku mulai disibukkan dengan ritual-ritual ibu hamil, mulai sering muntah, nafsu makan menurun hingga menginginkan hal-hal yang aneh. Bidadariku sangat lemah sekali. Kecemasan membuncah tapi kupasrahkan pada Allah, selalu rajin aku mengajaknya konsultasi ke ahli gizi dan kebidanan. Subhanallah... dalam keadaan yang sedemikian bidadariku tetap konsekwen dengan shalatnya,, selalu tepat waktu,, sempat aku kagum dengan pribadinya.

Tiba-tiba handphone ku bergetar, message tone meraung merdu. Sebuah pesan dari bidadariku...
Adzan bergetar liukkan batin,, anugrah sempurna telah dapatkan,, karunia Rabbi itu idaman...,,
bergema sudah lantunan adzan,, letakkan pena penuhi panggilan,, Robb mu penguasa keadaan....
Shalat dzuhur dulu Mas... jamaah di masjid jangan lupa... (Adinda yang mencintaimu)
Aku tertawa kecil membaca tiap baris syair dari bidadariku... Ia tidak pernah lupa untuk bertanya “sudah shalat belum? Jamaah tidak?” kata-kata yang membuatku merindukannya di waktu aku bekerja. Itukah cinta???

_o0o_

Menekuri lembaran waktu yang penuh dengan rutinitas membuat raga kian tersiksa. Sesekali Allah menegurku dengan rasa sakit yang mendera. Tiba saatnya detik penantian berujung, detik yang dimana mulai saat itu aku dipanggil “Ayah” oleh si mulut mungil.

Gelisah dan resah kian mematuk hatiku, aku berjalan memutar-mutar di depan kamar bersalin... hanya Allah yang siap menerima lelehan air mataku... aku memasrahkan segala kemungkinan yang akan terjadi. Aku ridho jika Allah berkehendak untuk yang terbaik. Kakiku berjalan semau akalku. Kadang bersimpuh, bangkit lalu berjalan tak karuan.

“Keluarga Ibu Firda,” setengah tak percaya aku bangkit dan menjawab spontan. “Ya!”
“Alhamdulillah anak Bapak telah lahir... perempuan... cantik seperti ibunya,” kata dokter yang kusambut dengan dengan kakiku yang bersimpuh sujud syukur. Sekarang aku resmi menjadi ‘ayah’ dulu bidadariku memanggilku ‘Mas’ kini berganti gelar menjadi ‘ayah’. Tanggung jawabku semakin berat.

“Boleh saya lihat anak saya Dok?” kataku memberanikan diri. “Tentu saja bila saatnya telah tiba,, tetapi sebelumnya... kami segenap dokter yang membantu persalinan Ibu Firda, mohon maaf...,” sambung dokter itu bermata syahdu. “Maksud Dokter??” jawabku panik... aku teringat bidadariku... bagaimana nasibnya???
“Istri bapak dipanggil Allah... kami telah berusaha semaksimalnya... tetapi semua sudah di skenario oleh Allah sedemikian rupa... tangan kami tak mampu mencegahnya,” urai Dokter itu, lalu kusambut dengan duduk lunglaiku.... aku tak mampu berkata apa-apa. Hanya uraian air mata yang terus bicara... menjelaskan semuanya.

_o0o_

Aku bertekad harus kuat... tetapi sekuat-kuatnya manusia sepertiku masih ada Allah yang Maha Kuat. Aku sangat yakin Allah mempunyai cinta di setiap cobaan-Nya. Aku harus bisa menghadapinya!! Optimis dan yakin Allah membantuku adalah bekalku... masih ada bidadariku kecilku yang menanti kecupanku di hari selanjutnya... masih ada harapan di cerahnya sinar mentari sepanjang jalan di esok hari... “Ya Allah kuatkan aku...”

Kamis, 07 Juni 2012

,
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarakatuhu…

Bismillaahirrohmaanirrohiim ….



Telah puas kau jaga

Mekarnya kuntum nan dinanti

Wangi bertabur sari madu

Pesona bening takkan pernah terganti

Ilalang iri belalang dan kumbang menanti

Putriku tercinta,…!!

Ke mana pun langkah akan kau bawa, sesungguhnya bumi tempat kau berpijak akan selalu menjadi saksi bagimu kelak di hari perhitungan. Tatkala godaan dan rayuan dunia yang semakin hari jelas semakin berat akan kau temui kelak di kemudian hari. Maka, selalu ingatlah bahwa kau adalah bagian dari komunitas makhluk mulia yang dicipta-kan untuk menjadi khalifah di muka bumi. Seorang penghuni alam yang tak layak untuk berbuat kemungkaran di atas amanah berat yang terlanjur dipikulkan. Sebuah amanah besar yang bahkan gunung-gunung pun tak sanggup memikulnya.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

إِنَّا عَرَضْنَا الْأَمَانَةَ عَلَى السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ وَالْجِبَالِ فَأَبَيْنَ أَنْ يَحْمِلْنَهَا وَأَشْفَقْنَ مِنْهَا وَحَمَلَهَا الْإِنْسَانُ إِنَّهُ كَانَ ظَلُومًا جَهُولًا

Sesungguhnya Kami telah mengemukakan amanat kepada langit, bumi dan gunung-gunung, maka semuanya enggan untuk memikul amanat itu dan mereka khawatir akan mengkhianatinya, dan dipikullah amanat itu oleh manusia. Sesungguhnya manusia itu amat zalim dan amat bodoh.” (Al-Ahzab: 72)

Namun demikian, Allah Subhaanahu wa ta’ala pun tak pernah melepaskan umat manusia begitu saja tanpa bekal yang memadai. Hingga Allah Subhaanahu wa ta’ala menganugerahkan bagi seluruh umat manusia yang ada di dunia ini kelebihan-kelebihan yang bila mampu digunakan sesuai dengan ketentuanNya, maka amanah besar itu akan dapat dilaksanakan dengan baik.

Sungguh, tak ada keraguan sedikit pun untuk menyadari bahwa setiap insan itu diciptakan dalam kondisi yang paling baik. Tanamkanlah dalam jiwamu bahwa kau adalah terlahir sebagai makhluk yang sempurna. Dengarkanlah jaminan dari Allah Subhaanahu wa ta’ala sendiri tentang betapa paripurnanya penampilan fisik dari makhluk bernama manusia, sebagaimana firman Allah Subhaanahu wa ta’ala,

لَقَدْ خَلَقْنَا الْإِنْسَانَ فِي أَحْسَنِ تَقْوِيمٍ

“Sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dalam bentuk yang sebaik-baiknya.” (At-Tin: 4)

Belum lagi dengan anugerah akal yang diberikanNya bagi umat manusia agar mampu memilah dan memilih kebenaran sekaligus sebagai pembeda antara mereka dengan makhluk yang lainnya. Maka, Islam sebagai pedomanmu itu pun telah menyeru pada setiap diri agar selalu mempergunakan pikiran dan akalnya dalam upaya untuk menjadi makhluk yang paling mulia di sisiNya.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

الَّذِينَ يَذْكُرُونَ اللَّهَ قِيَامًا وَقُعُودًا وَعَلَى جُنُوبِهِمْ وَيَتَفَكَّرُونَ فِي خَلْقِ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضِ رَبَّنَا مَا خَلَقْتَ هَذَا بَاطِلًا

“(Yaitu) orang-orang yang mengingat Allah sambil berdiri atau duduk atau dalam keadaan berbaring dan mereka memikirkan tentang penciptaan langit dan bumi (seraya berkata) ‘Ya Tuhan kami, tiadalah Engkau menciptakan semua ini dengan sia-sia.” (Ali Imran: 191)

Di perjalanan hidupmu yang bakal kau tempuh, akan banyak sekali kau temui bermacam godaan serta tipu daya setan yang tanpa kenal lelah berusaha untuk selalu merayumu. Mereka, para setan itu tak akan pernah menyerah sampai tercapai apa yang mereka inginkan. Dengan kondisi masyarakat yang masih sakit seperti itu, maka sudah sepantasnyalah kau harus ikut serta dalam upaya-upaya untuk memperbaikinya.

Jadi, seberat apa pun godaan serta rintangan yang akan kau hadapi kelak di sepanjang perjalanan hidupmu nanti, maka sesungguhnya Dia pun telah memberikan jalan kemudahan dan keselamatan bagi setiap hambaNya. Melalui para rasul dan nabiNya, Dia telah menurunkan segala aturan yang menjadi jalan keluar bagi semua permasalahan yang datang di setiap zaman. Kaidah-kaidah itulah yang selama ini dikenal sebagai agama. Sesungguhnya Allah Subhaanahu wa ta’ala menurunkan aturan-aturanNya tersebut sebagai penjaga dan pemelihara manusia agar terbebas dari jurang kesengsaraan dan kesulitan. Dan justru bukan malah sebaliknya.

Allah Subhaanahu wa ta’ala berfirman,

مَا أَنْزَلْنَا عَلَيْكَ الْقُرْآَنَ لِتَشْقَى (2) إِلَّا تَذْكِرَةً لِمَنْ يَخْشَى

“Kami tidak menurunkan al-Qur’an ini kepadamu agar kamu menjadi susah, tetapi sebagai peringatan bagi orang yang takut (kepada Allah).” (Thaha: 2-3)

Oleh karena itu wahai putriku kembalilah kepada al-Qur’an dan hadits-hadits Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam, pelajarilah, hayatilah, dan kemudian amalkanlah dengan penuh istiqamah.

~*~*~*~*~*~*~*~

Salam Ukhuwah

~~~~~~~~~~~~~

Im real muslim with Hijab

,

Im real muslimah with Hijab ^_^

Orang bilang pakai Jilbab itu ketinggalan zaman
ndak bisa gaya dan gak Modis
Padahal gaya mereka udah kaya wanita di zaman jahiliyah

Mereka bilang aku gak laku karna gak mau pacaran
padahal inilah caraku menjaga Hijab ku
aku bukanlah barang dagangan yang mudah di jamah banyak tangan
aku hanyalah wanita yang tak mau pacaran sebelum menikah
karena bagi ku akan lebih indah jika kita pacaran setelah menikah

Aku gak mau memperlihatkan keindahan ku pada khalayak umum yang jelas mereka bukan mahram ku

Aku gak mau memakai pakaian yang mampu mengundang syahwat adam

aku tak mau menodai Maruah ku
cukuplah aku dengan kesederhanaan ku
cukuplah aku dengan segala keterbatasan ku
cukuplah aku cantik di hadapan Allah karena Akhlaq
cukuplah aku cantik di hadapan imam ku karena ketaatan ku

Im real muslimah,what about you ?

Original by
Siti Al-Muhajirin Khumaira

 

Khumaira Perindu Surga-Mu Copyright © 2011 | Template design by ilmuini | Powered by Blogger