Kamis, 13 Desember 2012

Cup kematian sebagai pengingat

,


# Cukuplah Kematian sebagai Pengingat #

“Perbanyaklah mengingat sesuatu yang melenyapkan semua kelezatan, yaitu kematian!” (HR. Tirmidzi)

Berbahagialah hamba-hamba Allah yang senantiasa bercermin dari kematian. Tak ubahnya seperti guru yang baik, kematian memberikan banyak pelajaran, membingkai makna hidup, bahkan mengawasi alur kehidupan agar tak lari menyimpang. Nilai- nilai pelajaran yang ingin diungkapkan guru kematian begitu banyak, menarik, bahkan menenteramkan.

Di antaranya adalah apa yang mungkin sering kita rasakan dan lakukan. Kematian mengingatkan bahwa waktu sangat berharga Tak ada sesuatu pun buat seorang mukmin yang mampu mengingatkan betapa berharganya nilai waktu selain kematian. Tak seorang pun tahu berapa lama lagi jatah waktu pentasnya
di dunia ini akan berakhir. Sebagaimana tak seorang pun tahu di mana
kematian akan menjemputnya.

Ketika seorang manusia melalaikan nilai
waktu pada hakekatnya ia sedang menggiring dirinya kepada jurang
kebinasaan. Karena tak ada satu detik pun waktu terlewat melainkan ajal kian
mendekat.

Allah swt mengingatkan itu dalam surah Al-Anbiya ayat 1, “Telah dekat kepada manusia hari
menghisab segala amalan mereka, sedang mereka berada dalam kelalaian lagi
berpaling (daripadanya) .”

Ketika jatah waktu terhamburkan sia-sia,
dan ajal sudah di depan mata. Tiba-tiba, lisan tergerak untuk mengatakan,

“Ya
Allah, mundurkan ajalku sedetik saja. Akan kugunakan itu untuk bertaubat dan mengejar
ketinggalan.”

Tapi sayang, permohonan tinggallah permohonan. Dan,
kematian akan tetap datang tanpa ada perundingan.

Allah swt berfirman dalam
surah Ibrahim ayat 44, “Dan berikanlah peringatan kepada
manusia terhadap hari (yang pada waktu itu) datang azab kepada mereka, maka
berkatalah orang-orang zalim: ‘Ya Tuhan kami, beri tangguhlah kami walaupun dalam
waktu yang sedikit, niscaya kami akan mematuhi seruan Engkau dan akan
mengikuti rasul-rasul ….”

** Kematian mengingatkan bahwa kita bukan
siapa- siapa

Kalau kehidupan dunia bisa diumpamakan
dengan pentas sandiwara, maka kematian adalah akhir segala peran. Apa pun
dan siapa pun peran yang telah di mainkan,

ketika sutradara
mengatakan ‘habis’ , usai sudah
permainan. Semua kembali kepada peran yang
sebenarnya.

 Lalu, masih kurang patutkah
kita dikatakan orang gila ketika bersikeras akan
tetap selamanya menjadi tokoh yang kita perankan. Hingga kapan pun. Padahal,
sandiwara sudah berakhir.

Sebagus- bagusnya peran yang kita mainkan,
tak akan pernah melekat selamanya. Silakan kita bangga ketika dapat
peran sebagai orang kaya. Silakan kita menangis ketika berperan sebagai
orang miskin yang menderita.

Tapi, bangga dan menangis itu bukan untuk
selamanya. Semuanya akan berakhir. Dan, peran-peran itu akan dikembalikan kepada
sang sutradara untuk dimasukkan kedalam laci- laci peran. Teramat naif kalau
ada manusia yang berbangga dan yakin bahwa dia akan menjadi orang yang
kaya dan berkuasa selamanya.

Pun begitu, teramat naif kalau ada manusia yang
merasa akan terus menderita selamanya. Semua berawal, dan juga akan
berakhir. Dan akhir itu semua adalah kematian. **

0 komentar to “Cup kematian sebagai pengingat”

Posting Komentar

 

Khumaira Perindu Surga-Mu Copyright © 2011 | Template design by ilmuini | Powered by Blogger